Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi, seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi ,
juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi
maupun estetik.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal
ginjal akut, edema paru, SIRS (Systemic Inflammatory Respon Syndrome), infeksi
dan sepsisserta parut hipertrofik dan kontraktur.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung
pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar
pada daerah perineum , ketiak, leher tangan sulit dalam perawatannya (mudah
mengalami kontraktur).
Patofisiologi
Luka bakar suhu
pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor ,
termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga
panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang, paling tahan.
Jaringan lain memiliki konduksi sedang. Sumber – sumber radiasi elektromagnetik
meliputi sinar x, gelombang mikro, sinar ultraviolet dan cahaya tampak. Radiasi
ini dapat merusak jaringan baik dengan panas (gelombang mikro) atau ionisasi
(sinar x)
Sel – sel dapat
menahan temperatur sampai 44oC tanpa kerusakan bermakna. Antara 44oC
dan 51oC, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat
ditoleransi. Di atas 51oC,
protein terdenaturasi dan kecepatan
kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70oC menyebabkan
kerusakan seluler yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat singkat
yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan
tenaga panas dengan perubahan sirkulasi ; tetapi pada rentang panas lebih
tinggi, hal ini tidak efektif.
Luka bakar terbentuk dari
beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik kerusakan
maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai
dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel – sel yang masih dapat
diselamatkan. Di sekeliling daerah stasis terletak daerah hiperemia, tempat sel
kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel
pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh dibuat
menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah
menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.
Kedalaman luka bakar
1.
Derajat 1 (luka bakar superficial)
Luka bakar hanya
terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan
kemerahan yang bisanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari
.
2.
Derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat 2 mencapai kedalaman dermis tapi
masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel
ini luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler
dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
daripada luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik,
juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi :
v Derajat 2 dangkal , dimana kerusakan
mengenai bagian superficial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan
dalam 10 – 14 hari.
v Derajat 2 dalam , dimana kerusakan
mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai
dermis , subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung
bagian dari dermis yang memiliki
kemampuan reproduksi sel - sel kulit (biji
epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dll.). Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.
3.
Derajat 3
Luka bakar derajat 3 meliputi
seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutisTu organ yang lebih dalam. Oleh karena
tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran
luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.
I.
Sebagian epidermis hangus sebagian
vital
II.
Hanya elemen epitel, misalnya kelenjar keringat yang masih vital
III.
Tidak ada elemen epitel yang vital, jaringan lemak, otot bahkan tulang pun
menjadi hangus.
Luas
luka bakar
1.
Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan Rule of Nine dari Wallace,
yaitu :
v Kepala dan leher = 9 %
v Ekstremitas atas = 2 x 9% (kiri dan kanan)
v Paha dan betis – kaki = 4 x 9% (kanan dan kiri)
v Dada, perut, bokong dan punggung = 4 x 9%
v Perineum dan genitalia = 1 %
2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
kecil. Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi
dan rumus 10 – 15 –20 dari Lund dan
Browder untuk anak.
v Untuk anak :
Kepala
dan leher 15 %
Bagian
depan dan belakang masing – masing 20 %
Ekstremitas atas kanan dan kiri masing – masing 10
%
Ekstremitas bawah kanan dan kiri masing – masing
15 %
Luasnya luka bakar:
A.
rumus 10 untuk bayi
B.
rumus 10-15-20 untuk anak
C.
rumus 9 untuk orang dewasa
Klasifikasi
luka bakar
1.
Berat atau kritis bila :
v Derajat 2 dengan luas > 25 %
v Derajat 3 dengan luas >10 % atau terdapat di muka, kaki, dan
tangan
v Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak
luas atau fraktur
v Luka akibat listrik
2.
Sedang bila :
v Derajat 2 dengan luas 15 – 25 %
v Derajat 3 dengan luas <10% kecuali muka , kaki dan tangan
3.
Ringan bila :
v Derajat 2 dengan luas < 15 %
v Derajat 3 < 2 %
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan
luka bakar adalah penutupan lesi segera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi
rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
Pada saat kejadian hal
pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma.
Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Hal tersebut disebabkan
oleh proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu yang tinggi
berlangsung terus walaupun api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.
Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10% karena akan terjadi
hipotermia yang menyebabkan terjadinya kardiak aresst.
Tindakan selanjutnya
adalah sebagai berikut :
1.
Lakukan resusitasi dengan
memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu :
v Periksa jalan nafas
Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalannafas dengan
pembersihan jalan nafas (ex. :suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau
intubasi.
v Berikan O2
v Pasang IV lineuntuk resusitasi cairan , berikan cairan RL untuk
mengatasi syok.
v Pasang kateter buli – buli untuk
pemantauan diuresis
v Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik.
v Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venosus pressure/ CVP)
untuk pemantauan sirkulasi darah pada luka bakar ekstensif (>40%)
2.
Periksa cedera yang terjadi di
seluruh tubuh secara sistematis untuk menetukan adanya cedera luka luas dan
derajat luka bakar. Sehingga jumlah dan jenis cairan untuk resusitasi dapat
ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan
luas > 25 % atau pasien tidak dapat minum. Tetapi dihentikan bila masukan oral
dapat menggantikan parenteral.
Ada 2 cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
luka bakar yaitu :
a.Cara Evans
Untuk menghitung cairan pada
hari pertama :
v Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc
NaCl (1)
v Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc lar.
Koloid (2)
v 2000cc glukosa 5 %
Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3)
diberikan pada 8 jam pertama , sisanya pada 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan pertama. Pada hari ke-3 diberikan ½ jumlah
cairan hari ke-2. sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan
diuresis.
b.
Cara Baxter
Cara
ini lebih sederhana. Jumlah kebutuhan cairan hari pertama dihitung dengan rumus
= % luka bakar x BB (kg) x 4cc.
Separuh dari cairan ini diberikan
pada 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam. Hari pertama diberikan larutan
elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi hiponatremi. Untuk hari ke-2
diberikan ½ dari hari pertama.
3. Berikan analgesik , yang efektif morfin
atau petidin lewat intravena
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi
stabil, pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridementdan memandikan
klien dengan menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan
antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat
digunakan adalah Betadine atau nitras argenti 0,5 %
5. Berikan antibiotik topical pasca pencucian
luka dengan tujuan mengatasi infeksi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat
daripada bentuk salep / oinmentum, seperti ; silver nitrat 0,5% , mafenide
acetate 10%, silver sulfadiazin1 %, gentamicin sulfat
6. Balut luka dengan kasa gulung kering dan
steril
7. Berikan suntikan antitetanus yaitu ATS 1500 unit untuk anak – anak
Indikasi rawat inap
Penderita luka bakar dirawat inap bila :
1. Penderita syok atau terncam syok
bila luas luka bakar > 10% pada anak – anak atau >15% pada dewasa
2. Terancam edema laring akibat
terhirupnya asap atau udara hangat
3. Letak luka memungkinkan penderita
terancam cacat berat, ex : wajah, mata, tangan, kaki atau perineum.
Perawatan
1.
Nutrisi diberikan untuk
menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen negatif pada fase
katabolisme , yaitu : 2500 – 3000 kalori setiap hari dengan kadar protein
tinggi
2. Perawatan local dapat seara terbuka
atau tertutup
3.
Antibiotik topical diganti 1x
sehari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa – sisa krim antibiotik
sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai krusta dan atau
eksudat , pemberian dapat diulang sampai dengan 2 – 3 x sehari.
4.
Rehabilitasi termasuk latihan
pernafasan , pergerakan otot dan sendi
5.
Usahakan tak ada gangguan dalam
penyembuhan , penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan :
v Perawatan luka bakar dengan baik
v Penilaian segera daerah- daerah luka bakar dari 3 atau 2 dalam
6.
Pertahankan fungsi sendi –
sendi, latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik
7.
Aturlah proses maturasi sehingga
tercapai tanpa ada kontraksiyang akan mengganggu fungsi dengan dipasang perban
½ menekan , bidai yang sesuai , elevasi.
8.
Antibiotik spectrum luas untuk
mencegah infeksi, infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit
penyembuhan
9.
Suplemen vitamin A 10.000
unit/minggu ; vit. C 500 mg dan sulfat ferrous 500 mg
Posted by 10.30 and have
0
komentar
, Published at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar